Menaklukkan Diri Sendiri Bersama Keluarga Tektok

“Ada yang mau gabung tektok Merbabu-Merapi, 21-22 Maret?” tawaran singkat yang cukup menggiurkan sekaligus agak menakutkan ini mengawali perkenalanku dengan Keluarga Tektok. Sedikit ragu namun didesak oleh rasa penasaran, aku menerima tawaran (tantangan) itu.

Begitulah, akhirnya aku diundang ke sebuah group WhatsApp bernama “Tek Tok Team”. Group ini seringkali ramai oleh diskusi terutama mengenai trip gunung, bagaimana etika pendakian, wawasan gunung dan survival di alam bebas.Aku yang tidak pernah berbagung dengan kelompok pencinta alam apalagi pendaki gunung, tentu saja mendapat banyak ilmu baru dari keluarga tektok. Aku yang walaupun sudah pernah mendaki Semeru dan Rinjani namun tidak pernah mengerti tentang etika pendakian. Ya, aku adalah seorang pendaki karbitan. Alhamdulillah keberuntungan masih berpihak padaku selama ini sehingga walaupun mendaki tanpa persiapan, Allah masih menjagaku dan teman-teman seperjalananku. Bergabung dengan keluarga tektok, membantuku menyadari kecilnya aku dan besarnya egoku. Mereka yang sudah survive melewati pendakian ekstrim saja senantiasa penuh persiapan. Siapalah aku yang hanya pendaki karbitan, tidak mengerti bahaya apa yang menanti di alam bebas.

Demikianlah, dengan beberapa persiapan sesuai arahan keluarga tektok, aku meyakinkan diri bahwa aku siap untuk mengikuti pendakian 2M, tektok. Kami berkumpul di stasiun Pasar Senen pada hari Jum’at, 20 Maret 2015. Karena jarak stasiun dengan tempat tinggalku lumayan jauh, ditambah ijin dari kantor cukup mepet, aku termasuk satu dari tiga peserta terakhir yang sampai di meeting point, Stasiun Pasar Senen. Tiket kereta ekonomi Pasar Senen – Semarang Poncol sudah dibeli jauh-jauh hari. Perjalanan menuju Semarang hanya membutuhkan 6-7 jam saja. Menjelang tengah malam kami sudah sampai di stasiun Semarang Poncol dan bergabung dengan tim yang sudah lebih dulu sampai. Setelah mencukupikebutuhan logistik, kami menuju basecamp pendakian Merbabu di dusun Wekas. Sesampainya di basecamp Wekas, kami masih punya waktu beberapa jam untuk beristirahat sebelum pendakian dimulai. Kami benar-benar memanfaatkan waktu yang sedikit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas.

Pagi menjelang, aku terbangun oleh hawa dingin dan suara teman-teman yang mulai sibuk berkemas. Kembali menata barang di dalam daypack supaya enak saat dibawa mendaki. Setengah malas, aku memaksa diri untuk bangun kemudian bebersih sekedarnya. Dinginnya air pegunungan menyentak, membuatku terjaga sepenuhnya. Kemudian kami sarapan bersama yang tentunya dibumbui dengan canda tawa dan saling ledek yang penuh keakraban.

Setelah berfoto bersama di halaman basecamp Wekas, kami berdoa semoga perjalanan kami dimudahkan hingga kembali ke rumah masing-masing. Sekitar pukul 08.00 kami memulai pendakian Merbabu via Wekas. Sepanjang perjalanan, aku belajar lebih banyak lagi mengenai wawasan pendakian dari rekan-rekan seperjalanan. Tentang bagaimana mengatur nafas, mengatur agar langkah dan nafas seirama, bagaimana beristirahat agar tidak kehilangan ritme, bagaimana mengistirahatkan otot kaki agar tidak kram, dan lain-lain. Dan tentunya juga, dalam pendakian ini aku belajar bersabar. Mempraktekkan bagaimana menahan ego, mementingkan kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi. Benar-benar sebuah latihan fisik dan mental terutama untuk pendaki karbitan yang egois sepertiku.

Team leader kami berperan sebagai sweeper. Menemani anggota yang berjalan paling belakang. Sebagai team leader, aku tahu kecepatan dia mendaki tentunya diatas kami semua. Namun dia dengan sabar menunggu teman kami yang berjalan paling lambat. Syaratnya hanya satu : jangan pernah mengeluh. Ya, untungnya tak satupun dari kami yang merupakan tukang mengeluh. Dengan bergabung pada pendakian tektok 2M ini kami sudah menyadari maknanya. Bahwa kami adalah pendaki mandiri, partner tektok itu untuk saling menguatkan bukan untuk tempat bergantung. Karenanya berusahalah sebisa mungkin untuk tidak bergantung pada orang lain, atau dalam bahasa sederhanaku “menyusahkan sekedarnya saja”. Sebuah kalimat sederhana namun membekas dalam di hati.

Aku tergabung di rombongan depan dan terpisah cukup jauh dari rombongan belakang. Kami memutuskan menunggu mereka di puncak pemancar, sambil istirahat dan makan siang. Satu setengah jam menunggu akhirnya rombongan belakang berhasil menyusul kami. Dan ternyata mereka juga istirahat lama di pos 2 untuk makan siang. Setelah sedikit foto-foto di puncak pemancar, kami melanjutkan perjalanan. Titik tunggu berikutnya disepakati di helipad. Aku kembali bergabung dengan rombongan depan. Setiba di helipad kami beristirahat kembali. Tidak sampai 15 menit, semua rombongan sudah tiba di helipad. Sesudah helipad, titik tunggu selanjutnya adalah puncak Kentheng Songo.

Pukul 16.00 aku dan rombongan depan mencapai puncak Merbabu, Kentheng Songo. Setengah jam kemudian team leader sampai, yang berarti seluruh tim sudah sampai di puncak. Mengingat waktu yang cukup mundur dari jadwal perkiraan, team leader dengan tegas berkata, “ Istirahat disini setengah jam. Yang mau foto-foto silahkan. Magrib kita harus sudah sampai di sabana 2, istirahat untuk makan malam disana..”

DSC_0444 DSC_0490Tanpa protes sedikitpun, kami segera berburu foto. Lautan awan yang sangat indah terlalu sayang untuk tidak diabadikan. Setengah jam kemudian kami sudah turun melalui jalur Selo. Tujuan terdekat adalah sabana 2, untuk istirahat magrib dan makan malam. Kali ini team leader memimpin jalan, berganti posisi dengan pembuka jalan sebelumnya yang sekarang menjadi sweeper.

Sampai di sabana 2, Matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya. Aku dan beberapa teman di rombongan depan masih sempat mengabadikan sunset di langit sabana 2. Indah, walau mungkin di puncak sana lebih indah. Tapi aku tidak menyesalinya. Karena team leader sudah menyampaikan alasan kenapa kita harus turun sebelum gelap, dan itu make sense bagiku. Turunan tajam antar sabana di jalur selo memang cukup berbahaya jika dilewati saat gelap, apalagi dengan kondisi senter/headlamp yang lemah baterai. Dan memang kemudian terbukti, saat menuruni tanjakan sesudah sabana 2, salah satu teman kami mengalaminya. Baterai headlamp terlalu lemah sehingga sulit untuk melangkah di trek yang terjal dan curam. Disini salah satu teman kami keseleo angkle. Alhamdulillah P3K lengkap dan ada yang mengerti tentang penanganan P3K untuk keseleo. Disini, kembali aku belajar banyak bagaimana bersikap di keadaan darurat, dan tentunya bagaimana menangani cedera ringan seperti keseleo. Tidak sampai setengah jam, seluruh tim sudah kembali berjalan normal menuju basecamp Selo.

Menjelang tengah malam kami tiba di basecamp pendakian Merbabu desa Selo. Sesuai itinerary, kami akan beristirahat sebentar sebelum lanjut ke basecamp Merapi di New Selo. Tim leader menegaskan bahwa yang cedera tidak boleh ikut pendakian tektok Merapi, dan yang mau ikut wajib istirahat (tidur) untuk mengembalikan tenaga.

Sesudah makan, sekitar pukul 02.00 dini hari kami menuju basecamp Merapi di New Selo dan langsung memulai trekking Merapi. Karena jumlah peserta jauh lebih sedikit, kecepatan pendakian juga bisa disesuaikan. Tidak sampai 5 jam kami sudah mencapai puncak Merapi. Karena puncak Merapi yang sangat padat (1700 pendaki terdaftar), kami tidak berkesempatan menjajal puncak Garuda. Mengingat kami harus mengejar waktu untuk turun dan kembali pada teman-teman di basecamp.

IMG-20150323-WA0074 IMG-20150323-WA0007Pukul 08.00 kami turun. Begitu sampai di trek bebatuan, hujan deras melanda. Tapi kami sudah siap dengan jas hujan. Hujan membuat langkah kami agak melambat karena harus berhati-hati dengan trek yang licin. Menjelang tengah hari kami sampai kembali di basecamp New Selo. Tidak lama, datanglah teman-teman yang tidak ikut pendakian Merapi menjemput kami dari basecamp Selo Merbabu, untuk langsung menuju stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Pukul 16.00 kami telah tiba di St Lempuyangan. Masih cukup waktu untuk sekedar makan dan bersih-bersih sebelum kereta membawa kami kembali ke ibukota dengan jadwal keberangkatan pukul 16.56.IMG_7531

IMG_9890 IMG_7385 IMG-20150323-WA0014 IMG-20150322-WA0038

 

2 thoughts on “Menaklukkan Diri Sendiri Bersama Keluarga Tektok

Leave a comment